BANYUWANGI - Seperti diketahui bersama, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sukses memboyong Piala Adipura ke pangkuan Bumi Blambangan. Bahkan, plakat Adipura untuk kategori Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R yang berada di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, juga berhasil di menangkan.
Capaian luar biasa itu, tentu sebuah validasi spektakuler bagi insan peduli kebersihan dan tata kelola Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Banyuwangi. Ironisnya, jauh dari hiruk pikuk arak-arakan Piala Adipura yang digelar Pemkab Banyuwangi beberapa pekan lalu, persoalan sampah masih menjadi momok bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Pelabuhan Muncar yang notabene merupakan salah satu pelabuhan penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Baca juga:
Amsakar Tinjau Kebakaran di Sagulung
|
Masyarakat yang berada di kawasan pesisir, seperti dipaksa untuk hidup berdampingan dengan sampah di Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Hal tersebut menjadi borok bagi Kabupaten Banyuwangi dibalik penghargaan Adipura yang berhasil didapatkan.
Kendati telah berevolusi menjadi kawasan industri perikanan, hal itu tidak menjadi jaminan aspek-aspek dasar kehidupan masyarakat terpenuhi. Sederhananya, untuk bernafas saja mereka harus pasrah berbagi oksigen dengan polusi dari pabrik ikan.
Alih-alih kelestarian laut terjamin, kelestariannya keberadaan pabrik ikan beberapa diantaranya justru membuang limbah sisa produksi ke laut. Potret jomplang inilah yang mendasari Aliansi Pemuda Peduli Masyarakat (APPM) untuk hadir di tengah-tengah siklus buntu dan tanpa solusi itu.
"Meski APPM bukan menjadi solusi penumpukan sampah di laut Muncar, namun kami berusaha hadir ditengah keterpurukan harapan masyarakat, " ungkap Ketua APPM, Rofiq Azmi.
Ketua APPM itu sadar betul, kehadiran organisasinya tak cukup mampu menjamin kebersihan di pesisir Pantai Muncar. Namun ia berharap, kehadirannya dapat menyalakan harapan masyarakat sekitar tetap menyala.
"Masyarakat tidak boleh pasrah dengan keadaan, sikap apatis terlebih pada kebijakan pemerintah harus benar-benar di jauhi. Agenda kami saat ini lebih bertumpu pada sikap optimis bahwa pada kesempatan nanti hidup berdampingan dengan sampah hanya menjadi angan belaka, " pungkasnya. (***)